Thursday, January 3, 2019

Legenda Naga Baru Klinting

Loading...

Cerita Legenda Naga Baru Klinting adalah asal mu asal dari Rawa Pening, cerita ini sangat terkenal di daerah Jawa Tengah. Yuk kita simak cerita legenda dibawah ini.

Naga Baru Klinting
http://all-about-madiun.blogspot.com

Naga Baru Klinting

Ada sebuah kejadian yang membuat heboh orang-orang di Demang Mangiran. Alkisah ada seorang gadis yang tidak pernah menikah dengan seorang laki-laki. Namun, dia hamil dan anehnya ia melahirkan seekor ular sebesar lengan manusia dewasa ketika usia kandungannya menginjak 9 bulan 10 hari. Wanita itu ialah putri Ki Demang Taliwangsa.

Dengan adanya kejadian itu, Ki Demang Taliwangsa pun merasa malu karena mempunyai anak yang melahirkan seekor ular. Lalu ia menyuruh putrinya agar membuang anak yang berwujud ular.

“Putriku, maafkanlah ayah. Sebenarnya ayah juga tidak tega menyuruhmu untuk membuang anakmu uang berwujud ular itu. Namun bagaimana pun kamu harus melakukannya. Terus terang, ayah merasa malu dengan penduduk di Kademangan ini.”

“Baiklah, kalau itu memang kemauan ayah. Aku mengerti,” ujar wanita itu memahami kegelisahan ayahnya. Namun sungguh ajaib karena ular itu dapat berbicara seperti manusia. Anak itu merasa sedih ketika mengetahui akan dibuang oleh ibunya. “Mengapa ibu hendak membuangku?. Apa ibu tidak sayang kepadaku?. “tanya ular itu pada ibunya. Namun ketika mendengar perkataan anaknya, akhirnya wanita tersebut mengurungkan niat membuang anaknya. Dia memelihara dan merawat ular tersebut layaknya anak-anak lainnya. Dia tidak peduli dengan apapun yang dikatakan oleh orang-orang di desanya.

Suatu ketika wanita itu menemui Ki Demang Taliwangsa dan menjelaskan niatnya. Akhirnya Ki Demang pun setuju dan mengabulkan permintaannya. “Maafkanlah aku ayah. Sebab aku tidak tega membuang anakku. Izinkanlah aku untuk merawat dan memeliharanya seperti anak-anak lain. Aku akan menasihatinya agar tidak mengganggu penduduk Kademangan Mangiran ibi, “kata wanita itu memohon kepada Ki Demang Taliwangsa. “Baiklah, tapi satu pesanku agar jangan sampai ular itu diizinkan pergi keluar rumah agar tidak menyebabkan penduduk takut, “ucap Ki Demang Taliwangsa.

Semakin lama ular itu semakin tumbuh besar. Namun, ia tidak pernah keluar rumah. Ia juga belum memiliki nama. Suatu saat ia minta diberi nama oleh ibunya. “Ibu, sampai sebesar ini aku masih belum kau beri nama. Berilah aku nama yang bagus seperti anak-anak lainnya, “kata ular itu. Ibunya tersenyum sambil memandangi ular yang sudah besar itu. Ular itu sedang melingkar di tempatnya. Bagaimana jika aku memberimu nama Naga Baru Klinting “kata wanita itu kepada anaknya. Naga Baru Klinting senang sekali dengan nama pemberian ibunya. “Terima kasih ibu, itu nama yang sangat bagus, “ujar Baru Klinting dengan senangnya.

Dari lahir hingga dewasa, Baru Klinting belum tahu siapa ayahnya, belum pernah satu kali pun ia melihat ayahnya. Karena rasa penasarannya, ia bertanya kepada ibunya. “Ibu bolehkah aku tahu siapa ayahku sebenarnya?, ibu siapa nama ayahku? “tanya Naga Baru Klinting kepada ibunya. Sang ibu pun terkejut mendengar pertanyaan anaknya yang berbentuk ular itu. Ia pun mengatakan kepada Baru Klinting bahwa Ki Demang Kaliwangsa adalah ayahnya. Baru Klinting pun tak mempercayai perkataan sang ibu. Justru ia mengatakan kalau Ki Demang Kaliwangsa adalah ayah dari ibu.

Hari-hari terus berlalu dan ibunya terus didesak dengan pertanyaan Naga Baru Klinting, dan akhirnya sang ibu menceritakan yang sebenarnya terjadi kepada Naga Baru Klinting. “Wahai anakku, jika kamu ingin mengatahui siapa sebenarnya ayahmu, maka ibu akan menceritakan peristiwa yang terjadi beberapa tahun silam, “kata sang ibu. Naga Baru Klinting menyimak dengan baik cerita ibunya.

Beberapa tahun silam, di Kademangan Mangiran akan mengadakan hajatan berupa bersih desa. Sebagai seorang putri Ki Demang Kaliwangsa, ia turut membantu acara itu. Suatu saat ia diminta untuk menemui Ki Wanabaya untuk meminjam pusaka yang akan digunakan untuk upacara bersih desa selama beberapa hari. Wanita akhirnya menemui Ki Wanabaya dan menyampai maksud dan tujuan kedatangannya. “Aku datang menemui Ki Wanabaya karena perintah ayahanda. Aku disuruh memminjam pusaka keris Ki Wanabaya untuk penolak bala, karena itu Kademangan Maringan akan mengadakan hajatan bersih-bersih desa, “ucap gadis itu.

Ki Wanabaya terlihat merasa agak keberatan jika meminjamkan keris pusakanya. Ia khawatir jika keris yang bertuah itu hilang atau direbut oelh orang jahat ketika di perjalanan. Setelah sekian lama berpikir, akhirnya keris itu diberikan kepada putri Ki Demang Kaliwangsa. Ki Wanawangsa berpesan kepada gadis itu, agar jangan menaruh keris puasaka ini sembarangan dan jangan menaruh di pangkuannya.

Setelah mendengarkan pesan Ki Wanawangsa, akhirnya gadis itu pulang dengan membawa keris pusaka. Sesampainya dirumah, ia melihat banyak para gadis dan wanita yang sedang sibuk memasak makanan di dapur. Gadis itu pun membaur bersama mereka. Karena kesibukannya ia lupa menyerahkan keris itu kepada ayahnya. Bahkan, ia melakukan kesalahan yang sangat fatal, ia meletakkan keris itu dipangkuannya tanpa disengaja, keris itu pun lenyap tak berbekas. Putri itu menjerit, terkejut dan sangat takut. Mukanya menjadi pucat karena teringat pesan Ki Wanabaya kepadanya. Ia berpikir jika Ki Wanabaya tahu pasti akan sangat marah karena ia tidak menuruti pesannya. Dan akibatnya keris pusaka itup pun lenyap tak berbekas.

Tak berapa lama kemudian gadis itu pingsan , semua orang panik terutama Ki Demang Taliwangsa. Setelah putrinya sadar kembali, Ki Demang segera memberitahukan kejadian itu kepada Ki Wanabaya. Ki Demang pun mengajak Ki Wanabaya ke Kademangan Mangiran untuk menyembuhkan sang putri. Gadis itu pun sangat ketakutan sekali bertemu dengan Ki Wanabaya. Ia merasa bersalah atas perbuatannya yang sembrono dan segera meminta maaf. Ki Wanabaya menghela nafas dan tidak marah sedikit pun. Ia kemudian mendekati Ki demang yang berada tak jauh dari dirinyasambil berbisik sesuatu hal yang penting.

“Itu sudah menjadi suratan takdir meskipun peristiwa ini memang tidak diinginkan. Kita harus menerimanya. Sesungguhnya, aku sudah berpesan kepada putriku agar tidak meletakkan keris itu di pangkuannya. Akan tetapi, karena putrimu cereboh, ia justru menaruh keris pusaka itu di pangkuannya. Akibatnya, keris pusaka itu pun lenyap dan masuk ke dalam rahimnya. Kejadian ini membuat putrimu hamil meskipun masih perawan, “jelas Ki Wanabaya. “Lalu bagaimana ini Ki, nanti apa kata orang-orang di Kademangan ini terhadap putriku. Padahal ia belum bersuami, “Ki Demang Taliwangsa tampak cemas.

Ki Wanabaya ikut merasakan kesedihan yang dialami sahabatnya ini. Ia kemudian berupaya membantu menyelesaikan masalah ini. Setelah berfikir panjang, kemudian Ki Wanabaya menawarkan diri untuk menjadi putrinya dengan syarat ia tidak akan menjamah sama sekali terhadap putri Ki Demang dan harus segera kembali ke lereng Gunung Merapi untuk bersemedi. Ki Demang pun berpikir sejenak dan ia pun setuju dengan saran sahabatnya itu.

Setelah mendengar cerita ibunya, Naga Baru Klinting akhirnya menyadari dan ingin menemui ayahnya. Ia menanyakan letak Gunung Merapi  kepada ibunya, untuk menyusuk ayahnya yang sedang bersemedi. Wanita itu terlihat sedih, ia sudah terlanjur menyayangi anaknya walaupun berwujud ular. Karena desakan anaknya akhirnya ia pun menunjukkan jalan ke Gunung Merapi.

Akhirnya Naga Baru Klinting meninggalkan Kademangan Mangiran di malam hari dan kemudian bermukim di Kali Progo. Lama-kelamaan tubuhnya menjadi semakin besar sehingga menjela menjadi seekor naga yang besar. Kulit dan tubuhnya bersisik dan matanya berkilat menakutkan. Jika ika bergerak maka daerah tapi Kali Progo menjadi longsor. Keberadaan Baru Klinting sangat meresahkan penduduk sekitar, hal ini sampai terdengar oelh Ki Wanabaya yang sedang bersemedi di puncak Merapi, ia menghentikan semedinya dan turun gunung untuk mengusir ular tersebut.

Naga Baru Klinting akhirnya bertemu dengan ayahnya, Ki Wanabaya, Namun ia belum tahu jati diri Ki Wanabaya yang sebenarnya. Ia menceritakan tujuan kedatangannya untuk mencari ayahnya yang bernama Ki Wanabaya yang sedang bertapa di puncak Gunung Merapi. Ki Wanabaya telah mendengar cerita Naga Baru Klinting, akhirnya ia mengetahui kalau jelmaan keris pusakanya adalah seekor ular dari rahum sang putri. “Jika kamu ingin mencari ayahmu, pergilah ke Gunung Merapi karena ayahmu sedang bersemedi disana. “Bagaimana caranya, Ki?.” “Tubuhmu harus melingkari Gunung Merapi, jika kamu berhasil, kamu akan bertemu ayahmu!” jawab Ki Wanabaya.

Naga Baru Klinting akhirnya menuju Gunung Merapi dan melingkarkan tubuhnya. Namun, tubuhnya tidak cukup untuk melingkarinya. Akhirnya ia menjulurkan lidahnya agar sampai ke ujung ekornya. Bersamaan dengan itu Ki Wanabaya mengeluarkan keris dan memotong lidahnya, Naga Baru Klinting menjerit dan tubuhnya lenyap. Lidahnya menjelma menjadi sebuah tombak yang di beri nama Kiai Baru Klinting.

Pesan Moral Cerita Rakyat Jawa Tengah Naga Baru Klinting

“menjaga amanah itu sulit, maka peganglah amanah dengan sebaik-baiknya.”

Legenda Naga Baru Klinting Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Dunia Dongeng