Wednesday, January 9, 2019

Anak Raja dan Batu Amparang Gading

Loading...

Anak Raja dan Batu Amparang Gading adalah cerita dari Bengkulu, ingin tahu bagaimana cerita ini, yuk kita baca dongeng cerita rakyat dibawah ini.

Bengkulu
http://en.wikipedia.org/wiki/Fort_Marlborough

Cerita Rakyat Bengkulu

Pada zaman dahulu kala, ada seorang raja di Bengkulu ia bernama Raja Muda dan permaisurinya bernama Putri Gani. Dalam pemerintahannya beliau sangat di taati oleh seluruh rakyat karena memiliki sifat yang baik dan terpuji. Raja muda memiliki seorang anak putra yang sangat tampan dan seorang putri yang cantik jelita. Kedua anak raja itu masih kecil . Kehidupan rumah tangga mereka sangat bahagia. Halaman istnana pun sangat luas dan dipenuhi dengan berbagai tanaman bunga yang tertata rapi . Halaman depan terdapat sebuah batu besar yang datar permukaanya, berwarna kuning gading sehingga batu itu dinamakan “Batu Amparan Gading”.

Suatu sore hari sang Raja Muda beserta permaisurinya dan anak-anaknya sedang bersantai sambil bercengkarama di atas Batu Amparan Gading itu. Tetapi dalam kehidupanya rumahtangga  yang bahagia antara Raja Muda dan Putri Gani tidak berlangsung lama. Raja mendapat cobaan yang sangat berat.Istri tercinta, Putri Gani meninggal dunia karena sakit. Rasa sedih dan pilu hati Raja Muda semakin mendalam melihat kedua anaknya yang masih kecil. Tiada lagi belaian kasih sayang dari seorang ibu tercinta.

Hari ke hari ahirnya Raja Muda beristri lagi. Ia menikah dengan seorang putri Raja Hulu Sungai. Raja bermaksud agar anaknya memiliki seorang ibu, walaupun hanya Ibu tiri. Pada awal pernikahan istri Raja Muda yang baru sangat baik kepada kedua anak tirinya. Kedua anak Raja Muda mulanya juga merasa senang memiliki ibu yang baru walaupun hanya ibu tiri. Kedua anak berharap semoga dengan ibu yang baru bisa menggantikan kasih sayang terhadap ibunya. Akantetapi , suasana ceria yang dirasakan kedua anak kecil itu tidak berlangsung lama. Segala perilaku mereka lama-lama tidak di senangi oleh Ibu tiri. Ibu tiri mereka sering marah-marah . Apa yang di lakukan anak istrinya selalu saja salah.

Apabila sang Raja Muda tidak ada di istana, maka kesempatan itu di jadikan sang istri untuk menyiksa anak tirinya. Ia sering membentak-bentak walaupun mereka tidak bersalah. Mereka juga pernah hanya diberi makan satu kali dalam sehari. Kasih sayang yang mereka harapkan tidak dapat mereka rasakan lagi. Bergurau di atas Batu Ampara Gading pun tidak pernah di lakukanlagi . Apalagi sang Raja Muda sering keluar istana.

Pada suatu hari, ibu tiri dan sang ayah mereka sedang keluar istana. Kakak dan adik belum di beri sarapan oleh sang ibu tiri, lalu mereka pergi ke halaman dan bermain di atas batu Amparang Gading. Sejenenak bermain , perut mereka terasa lapar ,mereka ingin makan .Tetapi tidak ada makanan yang di simpan ibu tirinya di dalam lemari makanan. Sangkakak pun bingung . Akhirnya,   kakak pun keluar mencari mainan dan juga makanan buat sang adik.Sambil membawa seruas bumbung Sang kakak pergi ketempat orang yang sedang menumbuk padi.

“Ibu bolehkah saya meminta melukut sedikit buat makan ayam saya?”Tanya sang kakak.

“Boleh nak silahkan ambil!” Kata sang Ibu.

Anak itu mengambil melukat dan di masukan kedalam bumbung yang di bawa tadi. Setelah itu ia juga melihat bunga dadap yang berguguran di tanah . Ia pun mengambil bunga itu untuk mainan adiknya dan Ia pun kembali ketempat adiknya bermain. Kakak beradik pun melanjutkan bermainnya lagi. Sementaraitu sang adik sedang bermain ,ibu tiri mereka pulang dan mendekat. Terlihat bekas permainan mereka yang berserakan di atas Batu Amparang Gading. Ia meliaha tremah remah bekas makanan di antara bekas makanan tersebut .Sang Ibu tiri pun beranggapan bahwa kedua anak itu telah mencuri makanan. Langsung saja ibu tiri itu marah sekali lalu mencaci maki kedua anak habis-habisan dan di pukulnya.

Badan mereka pun  terasa sakit dan letih. Meliha tibu tirinya sedang marah, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Ayahnya tidak tau bila kedua anak mendapat siksaan dari sang ibu. Ahirnya, kedua anak itu tertidur di Batu Amparang Gading. Bebebrapa saat kemudian sang kakak pun terbangun dari tidurnya,sedih hatinya merasakan nasib yang malang itu. Ia berharap agar penderitaanya dapat segera berakhir. Dengan mata berlinang ia meratap sedih. Mengharapkan ada seseorang yang mau menolongnya. Penyiksaan yang terus menerus tanpa mengenal rasa kasihan membuat anak itu ingin pergi jauh dari istana.

“Inilah jalan satu-satunya untuk menghindar dari penyiksaan ibu tiriku, yaitu dengan pergi sejauh-jauhnya,”kata kakak kepada adik.

“Kakak..,kita harus pergi kemana?”Tanya adiknya.

“Aku tak tahu juga adikku” Ujar kakaknya. Dengan air mata berlinang-linang ia meratap sedih sambil mengucap kata-kata.

“Entak-entak bumbung seraus, meninggilah Batu Amparang Gading, Mak dan Bapak burukmakan,kamihendakpulangkepintulangit,puarnasi di sangkanasi ,bunga dadap di sangka udang ,sisik berkarung di sangkaikan,kami di tuduh maling makan”

Tiba-tiba Batu Amparang Gading yang didudukinya tinggi. Dengan penuh keheranan ,Batu Amparang bertambah tinggi dan tinggi. Sementara itu, raja muda kembali dari perjalanan. Melihat Batu Amparang Gading di halaman istana meninggi, Raja Muda menjadi heran dan terkejut. Dilihatnya Batu Amparang Gading semakin meninggi. Raja Muda sangat kebingungan. Apalagi kedua anaknya duduk di atas Batu Amparang Gading tersebut. Raja Muda segera menemui sang istri dan menanyakan apa yang terjadi pada kedua anaknya sehingga batu bisa meninggi. Istriya menggelengkan kepalannya pertanda tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Raja muda sangat cemas jika anaknya jatuh dari tempat itu. Ia pun memanggil orang pintar untuk membantu agar kedua anaknya bisa selamat dari tempat tersebut. Namun hal itu tidak bisa membuahkan hasil. Ahirnya mereka pasrah dan sambil menyaksikan Batu Amparang Gading yang semakin meninggi. Semakin lama, usia Raja Muda semakin bertambah tua. Tubuhnya seringsakit-sakitan sehingga badannya kurus sekali. Istrinya pun bertambah tua juga, apalagi mereka tidak di karuniai sebuah anak. Kehidupan Raja Muda dan Istrinya terasa hampa. Melihat kejadian tersebut maka Raja Muda sangat sedih dan terpukul batinnya dan menderita sakit keras. Tak beberapa lama Raja itu pun meninggal dunia. Sementara ibu tiri kedua anak itu pun menyesal telah berlaku kejam dengan anak tirinya. Ia merasa tersiksa oleh hati nuraninya sendiri. Ibu tiri itu pun menderita sakit parah dan akhirnya meninggal dunia menyusul sang suami.

Anak Raja dan Batu Amparang Gading Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Dunia Dongeng